Tugas filsafat pertemuan 10



Nama     : Muhammad Emre Alfarizi
Npm       : 202246500666
Kelas      : R3i 
Matkul   : Filsafat



30 Artikel yang menyangkut objek dan teori pendekatan berserta kesimpulan



1. 

“The Dead Of Yesyurun” 2019

 Karya Mikhael Yesyurun berjudul “The Dead Of Yesyurun” 2019, pada pameran Pusara Samsara di Jogja Nasional Museum.  karya seni lukis dari seorang mahasiswa Prodi Seni Rupa Murni Lukis angkatan 2017 Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang bernama Mikhael Yesyurun yang berjudul “The Dead Of Yesyurun”. Karya tersebut berukuran 100 x 150 cm menggunakan media akrilik pada kanvas dengan tahun pembuatan 2019. Lukisan karya Mikhael dipamerkan dalam perhelatan pameran perdana prodi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 7 – 11 Mei 2019 di Jogja Nasional Museum. Pada karya lukisan ini terdapat sosok figur manusia yang tidak utuh dengan kaki dan tangan kanan menjadi bagian yang terpisah. Figur manusia ini mengenakan baju berwana hitam dengan hidung yang terpasang bola berwana merah muda dan terdapat simbol bendera Negara Indonesia pada bagian dada kanan. Bagian tangan kirinya memegang sebuah permen lolipop yang bertangkai kayu dengan satu daun dan pada bagian kanan memegang sebuah piala yang bermotif seperti bentuk jenis kelamin wanita dan dihiasi simbol ekspresi pada bagian dudukan piala tersebut. Tubuh figur manusia ini tertusuk bagian jantung oleh sosok figur yang seolah membelakanginya dengan wujud yang abstrak.


kesimpulan
Pada karya lukisan ini digambarkan dengan kesan warna-warna pop antara perpaduan dari warna-warna panas dan dingin seperti warna biru, hijau dan ungu sedangkan yang tergolong dalam warna panas yaitu merah, kuning, jingga. Selain dilihat dari unsur warna, terdapat juga unsur garis yang memiliki sifat geometerik dengan membentuk simbol seperti pola pada gambar segitiga, dan garis yang bersifat non-geometrik seperti garis luwes pada pola abstrak, garis pada figure yang membentuk manusia, sosok harimau, piala dan objek lain dengan garis yang acak.  Bidang yang digambarkan pada karya lukisan ini menyerupai beberapa bentuk figure karakter. Bentuk visual pada karya ini datar. Ruang digambarkan seperti selayaknya karya-karya lukis 2 dimensi dengan latar belakang dan objek utama yang berada di depannya yaitu figur manusia tersebut. Tekstur yang dilukiskan pada karya seni ini tekstur halus dengan dilihat dari sapuan kuas dengan 
permukaan yang datar. 

Pada lukisan yang dibuat oleh Mikhael memiliki makna yang tidak digambarkan secara gamblang. Dan berbagai objek yang divisualisasikan juga memiliki maknanya tersendiri yang berkorelasi dengan tema besar atau gagasan besar yang diangkat oleh pelukisnya. Dari hal tersebut menunjukan bahwa lukisan karya Mikhael ini memiliki pengartian atau pesan yang cukup sensitif terhadap krisis kehidupan yang dialami olehnya ataupun lingkungannya. Dari segi estetik secara visual, lukisan ini cukup menarik akan tetapi, sangat disayangkan bahwa penulis belum cukup menangkap terlalu dalam tentang bagaimana lukisan ini berdialog dan belum cukup membuat penulis berhasil memahami semua objek yang digambarkan.




2. 

Gambar 2: Bentuk Figur Orang Gundul

Figur orang gundul pada seni lukis karya Abdul Chamim memiliki ciri khas dari bentuk obyek. Figur orang gundul divisualisasikan dengan bentuk seperti manusia pada umumnya yang memiliki dua tangan dan dua kaki, Tahap Inspirasi Tahap Studi Pustaka Tahap Diskusi Tahap Perenungan Tahap Pematangan Gagasan Tahap Visualisasi atau Tahap Melukis Rajah (azimat) 774 berkepala gundul yang mbendel, seluruh bagian tubuh dipenuhi aksen-aksen rajah (azimat) berupa tulisan Arab gundul, dan menggunakan kaos oblong putih nyata. Figur tersebut menggambarkan sosok Abdul Chamim yang suka menggunakan kaos oblong berwarna putih polos dalam kehidupan sehari-hari. Tapi dalam objek orang gundul tersebut sangat berbeda dengan dirinya yang memiliki rambut panjang. Kepala gundul yang mbendhel, berarti ingin melepaskan segala beban dari pikiran. Kaos putih polos yang digunakan pada figur orang gundul berarti dalam berkarya tidak ingin terkotak-kotak atau dibatasi, beliau tidak ingin menggunakan simbol-simbol, bendera, ataupun partai apapun. Keinginan berkarya dengan sebebas-bebasnya sesuai dengan pikiran.
Berdasarkan konsep penciptaan Lukisan Gundul karya Abdul Chamim yang merupakan bentuk figur orang gundul sebagai representasi diri terhadap fenomena sosial dengan tema Sosial dan Religi, dapat diterjemahkan makna dari Lukisan Gundul adalah tentang ajakan untuk menjadi manusia yang berkemanusiaan, yaitu manusia yang menebarkan kebenaran jalan menuju Tuhan. Visualisasi merupakan penjabaran suatu hal yang dapat dilihat dan diraba. Pada Lukisan Gundul, peneliti mencoba mendeskripsikan visualisasi dari objek figur orang gundul yang berdasarkan unsur-unsur rupa dan asas-asas desain yang terkandung dalam lukisan. Peneliti menggunakan empat karya berjudul Lukisan Gundul yang ada di Galeri Gentong Miring sebagai acuan dalam penelitian. Demikian Lukisan Gundul karya Abdul Chamim dijabarkan secara runtut dengan menggunakan pendekatan kritik seni yang terdiri dari, deskripsi karya, analisis bentuk, dan penafsiran makna.



3.
Aku dan Catatan Merah 
Mix Media (2015) 200 cm x 135 cm 
(Sumber : Siti Nurkholis 2018)

lukisan terorganisasi dengan baik. Unsur garis, warna, dan tekstur yang terdapat pada lukisan tersebut menciptakan sebuah keselarasan. Posisi 775 objek orang gundul yang merunduk di sebelah kanan menghadap ke kiri dengan catatan-catatan yang dituliskan miring ke kiri membuat sebuah keseimbangan, kesatuan, dan irama yang selaras pada lukisan. Pengulangan bentuk tulisan miring ke kiri menghadirkan sebuah irama. Penempatan objek orang gundul di antara catatan-catatan tersebut mempunyai keseimbangan yang membentuk sebuah kesatuan yang baik. Pada lukisan ini point of interest terletak pada figur orang gundul sebagai objek utama. Pada lukisan Aku dan Catatan Merah (2015) merupakan lukisan yang berisi tentang catatan-catatan perjalanan hidup Abdul Chamim. Pada lukisan tersebut digambarkan satu figur orang gundul sebagai sosok dirinya yang sedang meratapi perjalanan hidup yang telah dilewati. Figur orang gundul divisualisasikan dengan orang gundul seperti biasa dengan posisi merunduk dan tangan ngapurancang. Dalam bahasa Jawa, Ngapurancang adalah sikap berdiri dimana tangan berada di bawa pusar dan tangan kanan dipegang oleh tangan kiri dengan sikap santai disertai dengan rasa hormat. Tujuan dari catatancatatan adalah sebagai autokritik untuk menengok kebelakang, tentang apa yang harus diperbaiki.

 Pada dasarnya manusia hidup mengalami berbagai hal yang baik dan buruk, dan catatancatatan merah dalam karya tersebut merupakan wadah instropeksi diri supaya tidak masuk ke lubang kesalahan yang sama dan bagaimana cara mengatasi sebuah realita yang tidak sesuai dengan keinginan diri. Dari catatan-catatan merah tersebut, beliau merasa dirinya bisa jadi lebih baik dalam segala hal seperti sikap dan perilaku.



4.

Kerinduanku pada Khidzir Mix Media (2015) 200 cm x 135 cm (Sumber : Siti Nurkholis 2018) 

Pada lukisan ini bentuk orang gundul tidak divisualisaskan seperti biasanya. Orang gundul digambarkan terpisah dengan pakaiannya (kaos putih), bertubuh batang tongkat, berwarna merah, serta posisi tiga berbaring dan satu tegap. Lima kepala orang gundul digambarkan seolah terlepas dari pakaiannya dan melayang dari bawah ke atas dan menjauh. Hal tersebut memiliki maksud bahwa orang gundul yang merupakan representasi dari dirinya sebagai seorang manusia yang sedang mengalami sebuah kehancuran karena berada pada dunia yang gersang dan hidup bersama manusia-manusia yang tidak berkemanusiaan. Dunia yang gersang digambarkan dengan warna abu-abu keputihan yang kusam pada background. Manusia-manusia yang tidak berkemanusiaan digambarkan dengan kaos-kaos putih tanpa kepala bertubuh batang tongkat yang seolah terbang melayang tanpa arah. Hal tersebut menggambarkan para manusia yang berlombalomba mencari kedudukan tertinggi tapi tidak dengan jalan yang baik, bagaimanapun caranya akan dilakukan tanpa memikirkan akibatnya. Padahal sebenarnya manusia itu memiliki senjata berupa tongkat atau tonggak yang bisa 776 mengarahkannya ke arah yang benar, namun tonggak-tonggak tersebut tidak digunakan dengan baik karena tertutupi oleh emosi atau yang dilambangkan dengan tonggak berwarna hitam. Payung kecil berwarna hijau itu adalah perlambangan dari sosok Khidzir. 

Payung yang pada umumnya memberikan tempat yang teduh ketika hujan maupun panas. Warna hijau yang memiliki sifat rindang dan teduh. Digambarkan dengan proporsi kecil karena memang sosok yang seperti Khidzir itu sudah semakin sulit ditemukan di zaman sekarang. Namun sebenarnya masih ada sedikit harapan bahwa sebuah kebijaksanaan itu bisa dihadirkan kembali jika para manusia tersebut menggunakan tonggak kehidupannya dengan benar dan terarah. 




5. 

Kota Impian 
Mix Media(2015) 200 cm x 135 cm
 (Sumber : Siti Nurkholis 2018) 

Pada lukisan Kota Impian (2015) merupakan suatu bentuk lukisan yang bertujuan untuk mengkritisi kota Rembang. Krisis kondisi kota yang dirasa kurang bisa disebut sebagai kota yang makmur ini membuat hasrat Abdul Chamim resah dan menginginkan sebuah keadilan yang mensejahterakan dan menyetarakan rakyat. Pengharapan sebuah keadilan untuk kota divisualisasikan dengan orang gundul memegang Semar. Cerita pewayangan merupakan karya seni yang adiluhung, monumental, dan berharga. Hal tersebut bukan karena kehebatan cerita ataupun keindahan penyampaiannya saja, melainkan dari nilai karakter para tokohnya banyak yang dijadikan panutan, prinsip hidup, sumber pencarian nilai-nilai, atau paling tidak mempengaruhi sikap hidup masyarakat. 
Dalam hal ini Abdul Chamim menyarankan jika setiap orang berpegang teguh pada karakter Semar, maka tidak akan terjadi sebuah kesenjangan sosial, ekonomi maupun politik pada suatu kota. Secara substansial nilai pewayangan berkaitan dengan masalah kehidupan manusia yang menyangkut kehidupan pribadi, sosial, dan religius. Setiap pribadi manusia mempunyai tujuan hidup lebih baik dan makmur. Tujuan hidup yang demikian merupakan tujuan mengembangkan hidup berkaitan dengan tindakan manusia untuk mengembangkan potensi diri baik yang menyangkut unsur jasmaniah maupun rokhaniah untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih baik dan kesempurnaan hidup. 


6. 

Saatnya Semar Beraksi 
Mix Media(2012) 200 cm x 145 cm
 (Sumber : Siti Nurkholis 2018) 

Lukisan Saatnya Semar Beraksi (2012) merupakan suatu bentuk lukisan yang bertujuan 777 untuk mengkritisi kondisi krisis sosial politik di lingkungan sekitarnya. Krisis kondisi yang dirasa kurang bisa mencipakan suatu kemakmuran ini membuat hasrat Abdul Chamim resah dan menginginkan sebuah keadilan yang mensejahterakan dan menyetarakan rakyat. Pengharapan sebuah keadilan untuk sebuah kebijakan sosial politik divisualisasikan dengan orang gundul yang sedang memainkan lakon Semar. Melihat kondisi ketimpangan dan ketidak adilan sosial politik, Abdul Chamim menginginkan sebuah pembangunan sebuah perbaikan terhadap kondisi krisis sosial politik dengan menciptakan sebuah strategi-strategi sebuah media yang mendukung hal tersebut. Dalam hal ini beliau menginginkan sosok Semar digunakan sebagai teladan dalam perbaikan kondisi krisis sosial politik tersebut bahwasanya Semar sudah waktunya dimainkan dalam segala macam lini kehidupan. Semar adalah tokoh imajiner, bagaimana Semar dimainkan dengan nilai-nilai yang ada dalam diri Semar itu harus dipertanggungjawabkan oleh dhalang-nya. Ekspresi sebuah ajakan, leher dan kepalanya condong ke depan menunjukkan bahwa orang gundul sebagai representasi diri Abdul Chamim ingin mengajak khalayak untuk menerapkan watak Semar dalam berbagai macam kehidupan. Pengharapan beliau adalah dengan meneladani karakter Semar segala kondisi yang semula krisis dapat membaik sehingga keadilan dalam dunia ini selalu tercipta.


7.

"Starry Night" karya Vincent Van Gogh

Lukisan ini menggambarkan ketertarikan Van Gogh terhadap astronomi dan kosmos. Hal ini tergambar jelas dari bintang-bintang yang berputar-putar dan desa yang semarak di bawahnya. Konsep ini berakar kuat pada kondisi mental dan emosional sang seniman, menjadikannya sebuah karya yang sangat pribadi.Penggunaan garis-garis tebal dan berputar-putar oleh Van Gogh menciptakan kesan gerakan dan dinamisme di langit malam. Warna biru dan kuning yang kontras meningkatkan dampak visual dari karya tersebut, dengan pohon cemara bertindak sebagai titik fokus di latar depan. Elemen-elemen seni ini bekerja sama untuk menciptakan komposisi visual yang menawan dan bermuatan emosional.

Keseimbangan dicapai melalui penempatan pohon cemara dan desa sehingga menciptakan komposisi yang harmonis. Kontras terlihat jelas pada penjajaran area gelap dan terang, menambah drama dan kedalaman pada lukisan. Kesatuan dicapai melalui pengulangan bentuk-bentuk berputar di langit dan desa, menciptakan pengalaman visual yang kohesif.




8.
 Karya 2, 191x197 cm, acrylik pada kanvas, 2012 (Sumber: Dokumentasi M Yunizar ) Unsur  garis  pada  lukisan  M  Yunizar  sangat  kuat. Dibuat  dengan  goresan  tegas.  Citra  garis   yang  hadir GarisSemuGaris nyata
 Seni Lukis Karya Yunizar Mursyidi : Analisis Bentuk dan Isi 167sangat  variatif  dengan  ukuran,  warna,  dan  teknik  yang berbeda. Warna juga akan memunculkan garis semu yang ditimbulkan  dan  berkesan  seperti  bayangan-bayangan. Garis   semu   tersebut   bukanlah   hal   yang   kebetulan, melainkan sebuah  niatan  karena  menurut M  Yuizar  garis itu  juga  sebagai  elemen  yang  ada  pada  lukisannya  untuk memperkuat objek. Selain untuk menciptakan ruang juga sebagai  penyeimbang  visual  agar  enak  dilihat.  Adanya penekanan  narasi  yang  dibantu  oleh  garis  nyata  yang beragam pada karya M Yunizar. “Saya  buat  garis  nyata yang  berfungsi  sebagai  penyampaian  makna  dan  narasi yang  simbolik  dan  mudah  diaplikasikan,  selain  itu  buat sedemikian rupa karena ini membawa saya pada identitas diri ”. (wawancara tanggal 8 Desember 2014). 2.Warna Warna  pada  karya  M  Yunizar    diwujudkan  dengan acrylic  dan  aerosol.  Dengan  ragam  warna,  goresan  kasar tercipta  artistik  dan  terlihat  adanya  karakteristik  yang berindentitas.Untuk   memunculkan   objek   agar   terlihat tidak   flat   biasanya   M   Yunizar   menggunakan   warna-warna terang dan panas seperti warna  merah, kuning dan sebagainya   tergantung   warna   pada   background.   Jika background    gelap    maka    garis    warna    terang    dan sebaliknya. 3.Value Atau   sering   juga   disebut   gelap   terang.   Untuk mendapatkan  kesan  bayangan  M  Yunizar  menggunaan tekhnik  realis  sebagai  pencahayaan  pada  objek,  warna terang dan panas pada out line memberi kesan ruang atau dimensi. Dengan bantuan acrylik dan aerosol agar terlihat teksture yang artistik. 4.Objek M.  Yunizar    banyak  menampilkan  figur  manusia yang  diimajinasikan  bergerak  selain  itu  figure  imajinatif juga sering terlihat dikarya-karyanya, untuk mewujudkan kesan yang dramatis. “Imajinasi  adalah  daya  pikir  untuk  membayangkan (dalam  angan-angan)  atau  menciptakan  gambar-gambar kejadian berdasarkan pikiran dan pengalaman seseorang.”(Mikke, 2002: 5)





9.


Karya #11, 110x118 cm acrylik pada kanvas tahun 2012(Sumber: Dokumentasi M Yunizar ) 
5.Medium Medium   yang   digunakan   berupa   kanvas   yang disusun  dengan  berbagai  sudut,  tak  seperti  kanvas  yang pada  biasanya  dengan  spanram  empat  sudut.  Kanvas dibuat tergantung ide yang ada untuk merespon imajinasi bentuk objek yang akan divisualkan.  “Aku buat kanvas seperti ini untuk merespon ruang dan  bentuk  objek,  seperti  halnya  karya-karya  instalasi. Prinsip itupun sedikit aku terapkan pada karya lukisku” (wawancara tgl 8 Desember 2014).






10. 

Karya #3, 92x104 cm acrylik pada kanvas tahun 2012(Sumber: Dokumentasi M Yunizar) 
Salah satufigur imajinatif M YunizarMerespon ruang pamer dengan media kanvas yang atraktif.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 03 Nomor 03 Tahun 2015,163-170Dalam eksplorasi  penyampaian   makna   Yunizar kerap  bermain  dalam  bentuk  serta  isinya.Representatif kekinian  terlihat  dalam  karya  lukisnya.Publik  seni  hanya dirangsang  dengan  tekanan  pada  visual  karyanya,  untuk berpendapat dan berargument menurut wacananya.Kebebasan    dan    permainan    karya    lukis Yunizar    tercipta    komunikasi    antara    visual    dengan apresiator.   Seperti   yang   disampaikan   Agus   Koecing tentang  Yunizar,“Karya  Lukisnya  menurut  pengamatan saya  selalu berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan, sosok-sosok  manusia  yang  dieksplorasi  dengan  berbagi komposisi  yang  berbeda  terutama  dalam  bidang-bidang kanvasnya  yang  selalu  dipermainkan  untuk  menjadikan karya  seni  lukisnya  mempunyai  kekuatan  bukan  hanya sekedar  dua  dimensi  yang  formal  tetapi  menjadi  sesuatu dengan bentuk kanvas yang beda berdasarkan konsep dan wacana  yang  hendak  dia  komunikasikan  pada  publik seni.  Menurut  saya  melihat  karya  Yunizar  perlu  juga membaca  buku  tentang  kejiwaan  karena  didalam  karya-karya  Yunizar  secara  tidak  langsung  juga  membicarakan jiwa-jiwa  yang  yang  bergerak  dalam  ruang  dan  waktu yang berbeda.” (wawancara 12 desember 2014)Serta kesuksesan ide dalam menampilkan visual dan merespon  ruang  pamer  pada  pameran  tunggalnya  ke  3 pada tahun 2012, dengan menghadirkan visual yang tidak mainstream.  Seperti  yang  diungkapkan  Ariffin  selaku kuratornya pada waktu itu,“ pameran Yunizar merupakan orang  pertama  di  gedung  CCCL  yang  berhasil  merespon ruang pamer dengan karya dua dimensi”.Influence   seniman   barat   juga   berperan   andil dalam    karya    lukis    Yunizar,    visual    bentuk    yang menyerupai    Francis    Bacon,    keterangan    ini    juga dikemukakan   Dukan   Wahyudi   selaku   teman   dekat Yunizar  “  memang  karya-karya  Yunizar  pada  saat  itu berkiblat  pada  karya  lukis  Bacon,  namun  disitu  identitas Yunizar masih dapat dibaca sebagai karakter visualnya”.Dengan   bentuk   spanram   yang   tidak   lazim   jika dimaknai   muncul   sebuah   pendapat   bahwa   Yunizar sedang  mengalami  kegelisahan  dengan  apa  yang  dilihat pada   bangsa   diantaranya   sosial   budaya   dan   politik banyaknya    hal-hal    yang    ambigu    dan    tidak   jelas merupakan  salah  satu  ide  gagasan  yang  diusung  dalam karyanya.  Bentuk  acak  menandai  perubahan-perubahan yang tidak menentu khususnya dalam waktu saat ini. Seperti yang dikatakan Djuli Djatiprambudi ,”Menariknya pameran di CCCL Yunizar berusaha menaklukkan gedung pameran   cccl   yang   sebenarnya   gedung   tersebut   tidak diperuntukkan  untuk  pameran  lukisan.  Dengan  bentuk dari  fregmentasi  karyanya  Yunizar  mampu  memberikan pemaknaan  terharhadap  ruang  pamer  dan  lukisan  seperti menghadirkan    dua    hal    yang    berbeda,    seakan-akan menyuguhkan   antar   dunia   yang   lalu   dan   dunia   yang sekarang. 




11.


judul #1, 203,5x250 cm, acrylik di kanvas tahun 2012 (Sumber: Dokumentasi M Yunizar )
 Analisis Bentuk  Pada  gambar  ini  Yunizar  mencoba  memvisualkan potret    diri    dari    sesaorang    dengan    goresan    yang berteksture dan menampilkan artistic pada conture wajah, dengan  background  warna  merah  putih  sebagai  respon ruang  pamer  yang  bagian  putih    menonjol  sedangkan warna  merah  dibuat    dengan  posisi  lebih  mendalam, penggunaan   media   kanvas   non   konvensional   sebagai dasar penciptaan ide. Serta terdapat beberapa tekstur dari aerosol   yang   membentuk   kawat   pagar.   Penambahan masker  yang  identik  dengan  urbanik  outsider  atau  yang dapat  disebut  sebagai  icon  pemberontak.  Visual  kursi dengan  warna  merah  yang  terkesan  mengganggu  figure membuat    kesan    tersendiri    dalam    komposisi    visual sebagai penekanan isi pada objek utama. 
 Seni Lukis Karya Yunizar Mursyidi : Analisis Bentuk dan Isi 169Analisis Isi Sebuah  bentuk  perlawanan  dimana  terdapat  orang yang   terlihat   berjuang   membela   kepentingan   umum, namun  tidak  bisa  dipungkiri  bahwa  manusia  memiliki kepentingan  pribadi  yaitu  sebuah  harapan  bahwa  dirinya menginginkan  pengakuan  publik  bahwa  dia  benar-benar ada   dan   peduli   yang   kemudian   akan   mengangkatnya kedalam posisi yang diinginkanya, hal ini dijelaskan pada visual  figure  seorang oudsider yang  mencoba  menerobos pagar   kawat   sebagai   simbol   batasan   atau   kurungan, berontak     dan     bebas     sebuah     jiwa     yang     selalu dikedepankan oleh para seniman.  Ditambah adanya simbol seperti kursi yang menyebabkan arti  sebuah  penantian  atau  secara  keras  biasa  dianggap bahwa  kursi  adalah  sebuah  lambang  kedudukan,  angap saja   sebuah   kedudukan   yang   selalu   menjadi   bahan perebutan   dalam   kehidupan   di   dunia,   artinya   bahwa secara  garis besar karya  ini  mencoba  mengkritisi kondisi perpolitikan    di    Indonesia,    kursi    kedudukan    dalam parlementer menjadi saham yang subur untuk diperebutkan  sehingga  butuh  dobrakan  dari  orang-orang yang mengerti arti kemunafikan. 




12. 

Judul : Bahagia 
Media : Cat arkilik di atas kanvas
Ukuran : 70 cm x 80 cm
Tahun : 2018

Karya pertama dengan judul Bahagia ini dikerjakan menggunakan bahan cat akrilik dengan teknik sapuan kuas di atas kanvas, berukuran 70cm x 80cm, tahun pembuatan 2018. Lukisan ini objek utama lima tengkorak berwarna-warni, dan didukung objek-objek pendukung seperti figur manusia, sebuah cangkir, beberapa lembaran uang, sebuah televisi, sebuah handphone, rumah, sesosok kucing, sebuah makanan, bunga, dan kuas. Semua ditampilkan dalam posisi yang berbeda-beda dan ditampilkan dengan visual sesui gaya penulis yang didukung dengan background dekoratif. 
 Objek tengkorak dilukiskan berjumlah lima buah. Objek tengkorak yang pertama berwarna tosca dengan mata yang berwarna biru dengan ekspresi tersenyum lebar menunduk. Objek tengkorak yang kedua berwarna kuning dengan ekspresi tersenyum sembari menutup mata yang menghadap ke bawah. Objek tengkorak yang ketiga berwarna merah dengan ekspresi tersenyum lebar bermata bulat dengan warna ungu menghadap ke depan. Objek tengkorak yang keempat berwarna ungu dengan ekpresi tersenyum dengan mata berwarna tosca mendongak ke atas. Objek tengkorak yang kelima berwarna hijau dengan ekspresi tersenyum lebar bermata bulat dengan warna hitam mendongak ke atas. Diantara tengkorak satu, dua, dan tiga atau lebih tepatnya pada bagian atas terdapat empat figure manusia dengan wajah yang hanya berisi sebuah mata pada masing-masing figure yang mengenakan baju berwarna-warni diantaranya warna biru muda, merah, dan tosca. Selain itu terdapat sebuah makanan yakni burger  dan sebuah bunga berwarna ungu. 
 Pada bagian kiri diantara tengkorak satu, tiga, dan empat terdapat objek kuas dengan tangkai kayu berwarna cokelat serta bulu berwarna hitam dan objek handphone dengan casing berwarna kuning dan layar berwarna biru. Pada bagian kanan diantara tengkorak dua, tiga dan lima terdapat objek cangkir berwarna abu-abu dengan gambar kopi pada cangkir, pada bagian kiri cangkir terdapat sosok wanita yang mengenakan jilbab berwarna merah muda dengan mata yang terpejam dan tersenyum lebar. Pada bagian bawah terdapat objek-objek yakni kepala kucing berwarna cokelat bermata empat dan hidung berwarna merah muda serta beberapa lembar uang berwarna biru dan di bawahnya terdapat objek rumah yang memiliki mata di bagian atap, di sebelah rumah terdapat sebuah televisi berwarna abu-abu dengan layar berwarna biru. Unsur bidang yang digunakan pada karya Bahagia adalah bidang geometris dan bidang organis. Bidang geometris yang digunakan dalam karya ini adala lingkaran, segitiga, persegi panjang, dan jajar genjang.  Bidang lingkaran terdapat pada bagian mata tengkorak yang berwarna merah dan beberapa terdapat pada unsur dekoratif pada background, bidang segi tiga terdapat pada bagian rumah dan beberapa terlihat pada unsur dekoratif di bagian background, bidang persegi panjang terdapat pada televisi, handphone, dan unsur dekoratif di bagian background. Lalu yang terakhir adaah bidang jajar genjang yang hanya terlihat pada bagian atap rumah. Sedangkan untuk bidang organis terdapat pada lima tengkorak berwarna-warni sebagai karakter utama, dan pada karakter-karakter pendukung seperti, lima figur manusia





13. 

Judul : Kasmaran 
Media : Cat Akrilik di atas Kanvas 
Ukuran : 70cm x 90cm 
Tahun : 2018 

Karya kedua berjudul Kasmaran yang dibuat dengan media akrilik di atas kanvas dengan ukuran 70cm x 90cm, tahun pembuatan 2018. Objek utama dalam karya ini adalah 5 tengkorak berwarna-warni dengan ekspresi kasmaran yang berbeda-beda. Terdapat objek-objek pendukung seperti wanita, bunga, kepala superhero, dan kepala seorang lelaki berkumis dan kepala wanita. Objek utama karya ini diletakkan di setiap sudut media dan tengah media, untuk obejek-objek pendukung diletakkan di 3 tempat, yakni kanan tengah, atas tengah, dsn kiri tengah di antara objek-objek utama. Objek-objek pada karya ini mengalami distorsi dan deformasi. Karya ini didominasi oleh beberapa warna diantaranya warna kuning, hijau, merah muda, maroon dan jingga.

Unsur-unsur rupa yang digunakan dalam penciptaan karya Kasmaran diantaranya adalah garis, bentuk, tekstur, dan warna. Unsur garis sangatlah mendominasi karya ini, garis yang digunakan adalah garis nyata dan semu. Dalam karya ini menggunakan beberapa macam garis yakni garis lurus dan garis lengkung, penggunaan garis lurus terdapat pada bagian background sebagai unsur dekoratif. Lalu untuk garis lengkung terlihat lebih mendominasi, yakni diantaranya pada 5 figur tengkorak sebagai karakter utama, kemudian pada unsur-unsur pendukung seperti figur kepala wanita, dua kepla superhero, kepala pria berkumid dan wanita, dan pada bagian background  sebagai unsur dekoratif.
Karya ini menunjukkan figur-figur tengkorak yang sedang memperlihatkan ekspresi kasmaran atau jatuh cinta di antaranya ekspresi jatuh cinta dengan mata berbentuk hati yang memberikan kesan jatuh cinta pada pandangan pertama. Ekspresi tersenyum lebar dengan mata tertutup yang memperlihatkan perasaan senang karena kagum yang hanya tersimpan dalam hati.





14. 


Judul : Godaan Iman 
Media : Cat Akrilik di atas Kanvas 
Ukuran : 80cm x 90cm 
Tahun : 2019 


Karya ketiga yang berjudul Godaan Iman menggunakan media akrilik di atas kanvas dengan ukuran 80cm x 90cm, tahun pembuatan 2019. Objek utama dari karya ini adalah 5 tengkorak yang memperlihatkan ekspresi tergiur dengan objek-objek pendukung di dalamnya seperti makanan-makanan dan benda-benda. Objek utama dalam karya ini diletakkan secara acak di setiap sudut dan bagian tengah. Sedangkan untuk objek pendukungnya diletakkan di antara objek-objek utama. Objek-objek yang ada dalam karya ini mengalami distorsi dan deformasi lalu untuk warna yang diterapkan berwana-warni di antaranya biru, tosca, merah muda, merah, ungu, dan cokelat.

Unsur-unsur seni yang terdapat dalam penciptaan dengan judul maumaumau ini di antaranya adalah garis, bidang, tekstur, dan warna. Unsur garis yang terdapat dalam karya ini sangat mendominasi di antaranya adalah garis nyata dan garis semu. Garis nyata yang terdapat dalam karya ini adalah garis lengkung dan garis lurus. Garis lengkung terlihat sangat dominan yakni terdapat pada setiap bagian-bagian objek baik objek utama, objek pendukung dan background. Untuk garis lurus hanya terlihat bebrapa pada background saja. Garis semu pada karya ini terlihat tercipta akibat permainan warna gelap terang namun tidak begitu mendominasi.
Karya yang berjudul Godaan Iman memperlihatkan 5 tengkorak sebagai objek utama yang sedang memperlihatkan ekspresi tergiur. Air liur yang terdapat pada objek tengkorak memperlihatkan ekspresi tergiur atau menginginkan sesuatu dengan amat sangat hal tersebut didukung juga dengan lidah yang menjulur. Tengkorak biru yang berada pada bagian kiri atas memperlihatkan ekspresi tergiur dengan mata yang melotot, hal ini menggambarkan seseorang yang melihat sesuatu kemudian tergiur. Hal tersebut juga terjadi pada tengkorak berwarna ungu yang berada pada bagian kanan bawah, namun tidak sebegitu tergiurnya seperti tengkorak biru Pada tengkorak merah yang terdapat pada bagian kanan atas memperlihatkan ekspresi tergiur dengan mata tertutup. Hal ini menggambarakan bahwa keinginan yang ada dalam pikiran atau yang kita bayangkan dapat juga membuat kita merasa tergiur. Hal tersebut juga diperlihatkan pada tengkorak berwarna tosca namun memiliki rasa tergiur yang lebih besar daripada tengkorak berwarna merah. Pada bagian kiri bawah terdapat figur tengkorak .
Makna yang disampaikan dari karya yang berjudul Godaan Iman memperlihatkan bahwa sebuah keinginan yang kita inginkan tidak akan ada habisnya dan akan selalu ada. Hal ini sudah identic dengan sifat manusia yang sealu merasa kurang dan ingin mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari yang sudah dicapai. 




15.


Judul : Kelabu  
Media : Cat Akrilik di atas Kanvas 
Ukuran : 70cm x 80cm 
Tahun : 2019 


Karya keempat yang berjudul Kelabu menggunakan media akrilik di atas kanvas dengan ukuran 70cm x 80cm, tahun pembuatan 2019. Objek utama dari karya ini adalah 4 tengkorak dengan ekspresi sedih. Dengan visualisasi tengkorak yang menunduk, menghadap kiri, menghadap  kanan, dan tengkorak yang etrlihjat setengah bagian dengan mata tertutup. Objek utama pada karya ini diletakkan tersusun secara vertikal di tengah. Objek pendukung dari karya ini adalah dua buah jantung yang diletakkan di bagian kanan dan kiri atas serta setangkai bunga yang diletakkan di sebelah kanan atas antara tengkorak dan jantung. Unsur dekoratif diletakkan pada background yang berwarna biru . objek dalam karya ini di distorsi dan di deformasi ke dalam karya. Warna yang digunakan dalam karya ini antara lain abu-abu, ungu, hijau, merah muda, maroon, merah, kuning dan biru. 
Karya dengan judul Kelabu menggunakan beberapa unsurunsur seni seperti garis, bidang, tekstur dan warna. Unsur garis yang digunakan pada karya ini adalah garis nyata dan semu. Serta terdapat beberapa jenis garis yakni garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung terlihat sangat mendominasi karya ini. Sedangkan garis lurus hanya terdapat beberapa pada bagian background. Unsur bidang yang digunakan dalam karya ini adalah bidang organis dan geometris. Bidang organis sangat mendominasi karya ini yakni pada figur tengkorak, jantung, bunga, dan kubangan air.  Sedangkan bidang geometris hanya terdapat pada beberapa bagian background. Tekstur yang digunakan dalam pembuatan karya ini menggunakan tekstur semu yang timbul dari unsur gelap dan terang warna sehingga menciptakan tekstur semu. Pada karya ini memperlihatkan 4 objek tengkorak dengan ekspresi sedih tengkorak yang pertama pada bagaian atas dengan warna abu-abu dan mata tertutup menggambarkan ekspresi kesedihan yang sangat mendalam. Tengkorak berwarna ungu disebelah kanan memperlihatkan ekspresi sedih dengan mata berkaca-kaca sama halnya dengan tengkrak yang berwarna hijau di sebelah kiri. Hal ini menyampaikan bahwa sesuatu yang menyedihkan terkadang bias membuat kita menangis. Kemudian tengkorak berwarna merah muda pada bagian kanan bawah memperlihatkan ekspresi sedih dengan mata sembab dan hanya terlihat sebagaian dari wajahnya dan sisanya terlihat tenggelam pada sebuah kubangan air, hal ini menggambarkan bahwa kesedihan yang sangat mendalam dapat membuat kita terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan. Kemudian, objek pendukung yakni berupa bunga layu menggambarkan seseorang memiliki kesedihan yang mendalam pada saat itu juga ia merasa bagaikan bunga yang layu yang tak bisa hidup kembali. Objek pendukung lain yakni dua jantung yang terlihat tersayat menggambarkan perasaan orang yang merasakan sedih yang mendalam. Hal ini digambarkan penulis karena saat orang merasa sedih jantungnya merasa seakan disayat-sayat.  Perasaan sedih yang terdapat dalam karya ini didukung dengan warna background yang berwarna biru yang memberikan kesan dingin dan sendu. Makna yang ingin disampaikan dalam karya ini adalah salah satu perasaan yang dirasakan oleh setiap manusia, yakni rasa sedih. Rasa sedih yang pernah dirasakan seniman dituangkan dalam karya ini sehingga dapat tersampaikan bahwa rasa sedih penulis seperti yang digambarkan. Makna lain yang terkandung dalam karya ini adalah penulis menyampaikan bahwa tengkorak adalah sosok yang merupakan bagian dari manusia yang juga ikut bersedih ketika kita bersedih bukan hantu atau setan yang menyeramkan.


16


Judul : Naik Pitam
 Media : Cat Akrilik di atas Kanvas 
Ukuran : 80cm x 120cm 
Tahun : 2019 


Karya kelima yang berjudul Naik Pitam menggunakan media akrilik di atas kanvas dengan ukuran 70cm x 80cm, tahun pembuatan 2019. Objek utama dari karya ini adalah lima tengkorak dengan ekspresi marah dengan tingkatan yang berbeda-beda. Dengan visualisasi tengkorak yang tersusun rapi secara vertikal ditengah, dengan komposisi tengkorak pertama yang paling atas menghadap kedepan, tengkorak kedua menghadap kanan, tengkorak ketiga menghadap kiri. Karya ini dilengkapi dengan beberapa objek pendukung seperti tiga jantung, korek api, api, dan letusan bom. Pada bagian background terdapat unsur dekoratif. Warna-warna yang mendominasi dalam karya ini adalah warna merah, jingga, dan kuning.Karya dengan judul Naik Pitam tersebut menggunakan beberapa unsur-unsur seni seperti garis, bidang, tekstur dan warna. Unsur garis yang digunakan pada karya ini adalah garis nyata dan semu. Serta terdapat beberapa jenis garis yakni garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung terlihat sangat mendominasi karya ini. Sedangkan garis lurus hanya terdapat beberapa pada bagian background. Unsur bidang yang digunakan dalam karya ini adalah bidang organis dan geometris. Bidang organis sangat mendominasi karya ini yakni pada figur tengkorak, jantung, api, korek api, dan letusan bom.  Sedangkan bidang geometris hanya terdapat pada beberapa bagian background. Tekstur yang digunakan dalam pembuatan karya ini menggunakan tekstur semu yang timbul dari unsur gelap dan terang warna sehingga menciptakan tekstur semu. Unsur kesatuan pada karya ini terlihat karena ada hubungan antara objek satu dengan objek yang lain misalnya objek jantung yang terbakar dengan api yang membara serta,objek jantung yang menyatu dengan objek letusan bom. Sedangkan untuk unsur keseimbangan menggunakan unsur keseimbangan asimetri. Unsur keseimbangan asimetri terlihat pada objek-objek yang diletakkan secara acak.  Karya lukis yang berjudul Naik Pitam ini menggunakan unsur perubahan bentuk berupa deformasi dan distorsi pada penciptaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari objek yang digambarkan mengalami penyerderhanaan bentuk seperti pengurangan dari objek yang sebenarnya namun tidak meninggalkan bentuk asli dari objek tersebut. Pada karya ini memperlihatkan tiga objek tengkorak dengan ekspresi marah yang berbeda-beda. Tengkorak berwarna jingga yang diletakkan dipaling bawah memperlihatkan ekspresi marah yang tidak seberapa sedangkan jika dilihat semakin keatas ekspresinya semakin terlihat lebih marah, sedangkan pada sebelah kanan dan kiri tengkorak terdapat objek jantung yang berbeda, yang pertama pada bagian kanan bawah jantung yang digambarkan sedang disulut dengan sebuah korek api, yang kedua pada bagian kiri tengah tengkorak terdapat objek jantung yang sedang terbakar dan membara, kemudian yang ketiga pada bagian atas kanan terlihat jantung yang telah meledak dengan kepulan asap yang dasyat. Hal tersebut menyampaikan bahwa kesabaran penulis yang diwakilkan oleh tenkorak ada batasnya ketika kita disulut kemarahan yang diwakilkan dengan objek jantung yang disulut korek api, pastilah kita marah namun tetap pada batas yg terendah, selanjutnya jika kemarahan itu masih terus-menerus disulut pasti akan mencapai batas kemarahan yang tertinggi yang disimbolkan dengan objek jantung yang telah meledak. Perasaan marah yang digambarkan melalui ekspresi tengkorak dalam karya didukung dengan dominasi warna-warna panas yakni warna kuning, jingga, dan merah. Background yang berwarna kuning  menambah kesan kemarahan yang disampaikan. 
Makna yang ingin disampaikan dalam karya ini adalah bahwa setiap manusia pasti memiliki perasaan marah dengan tingkat kesabaran masing-masing yang berbeda. Maka sebaiknya kita saling memahami dan tidak menciptakan kteganagan dan menghindari perselisihan. Makna lain yang terkandung dalam karya ini adalah penulis menyampaikan bahwa tengkorak adalah sosok yang merupakan bagian dari manusia yang juga menjadi bagian ketika kita sedang marah bukan hantu atau setan yang menyeramkan





17.


Judul : Kontradiksi Emosi
Media : Cat Akrilik di atas Kanvas
Ukuran : 100cm x 120cm 
Tahun : 2019 


Karya keenam yang berjudul Kontradiksi Emosi menggunakan media akrilik di atas kanvas dengan ukuran 70cm x 80cm, tahun pembuatan 2019. Objek utama dari karya ini adalah 6 tengkorak dengan menunjukkan  ekspresi yang berberbeda-beda. Dengan visualisasi tengkorak yang menunduk, menghadap kiri, menghadap  kanan, menghadap depan, dan mendongak. Objek utama pada karya ini diletakkan berjajar secara horizontal dua banjar. Objek tersebut didukung dengan background dekoratif yang berwarna-warni. Objek dalam karya ini di distorsi dan di deformasi ke dalam karya. Warna yang digunakan dalam karya ini antara lain ungu, hijau, merah, kuning, biru, dan toska. 
Karya dengan judul Kontradiksi Emosi tersebut menggunakan beberapa unsur-unsur seni seperti garis, bidang, tekstur dan warna. Unsur garis yang digunakan pada karya ini adalah garis nyata dan semu. Serta terdapat beberapa jenis garis yakni garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung terlihat sangat mendominasi karya ini. Sedangkan garis lurus hanya terdapat beberapa pada bagian background. Unsur bidang yang digunakan dalam karya ini adalah bidang organis dan geometris. Bidang organis sangat mendominasi karya ini yakni pada figure tengkorak.  Sedangkan bidang geometris hanya terdapat pada beberapa bagian background. Tekstur yang digunakan dalam pembuatan karya ini menggunakan tekstur semu yang timbul dari unsur gelap dan terang warna sehingga menciptakan tekstur semu. Unsur kesatuan pada karya ini terlihat karena ada hubungan antara objek satu dengan objek yang lain misalnya objek tengkorak satu dengan yang lain. Sedangkan untuk unsur keseimbangan menggunakan unsur keseimbangan asimetri. Unsur keseimbangan asimetri, terlihat dari bentuk visual objek utama yang diletakkan berjajar tetapi tidak beraturan. Pada karya ini memperlihatkan enam objek tengkorak dengan ekspresi yang berbeda-beda tengkorak yang pertama pada bagaian atas kiri dengan warna kuning terlihat tersenyum lebar dan mata terbuka lebar hal ini menunjukkan perasaan yang sangat ceria lalu yang kedua pada bagian tengah atas terdapat tengkorak berwarna merah dengan raut muka marah yang menggambarkan sebuah kemarahan. Kemudian yang ketiga terdapat tengkorak berwarna tosca dengan raut muka tersenyum lebar dan memiliki mata berbentuk hati hal ini menggambarkan perasaan jatuh cinta atau kagum kepada sesuatu yang dilihatnya. Selanjutnya tengkorak keempat pada bagian kiri bawah memperlihatkan raut muka sedih yang didukung dengan warna biru hal ini menggambarkan perasaan sedih yang sangat dalam. Kemudian yang kelima terdapat tengkorak berwarna ungu pada baguan bawah tengah yang memperlihatkan ekspresi dengan lidah yang menjulur ke atas dan seakan-akan melihat sesuatu yang membuat air liurnya menetes. Hal ini menunjukkan tengkorak merasa tergiur pada sesuatu yang ia lihat atau ia bayangkan. Selanjutnya tengkorak keenam yang ada pada bagian kanan bawah yang menunjukkan ekspresi kebingungan dengan warna hijau tua dan bola mata melihat ke atas hal ini menunjukkan bahwa tengkorak tersebut sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya bingung. Ekspresi-ekspresi tersebut didukung dengan background dekoratif berwarna-warni yang memberikan kesan penegasan terhadap ekspresi yang berbeda-beda. Makna yang ingin disampaikan dalam karya ini adalah bahwa setiap manusia memiliki beberapa perasaan yang berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi yang ia hadapi dan alami. Hal tersebut disampaikan dengan sosok tengkorak karena tengkorak adalah bagian dari manusia yang tidak dapat terpisahkan dan merupakan organ yang sangat amat penting



18. 

Gambar 1 : “Wajah Negeri”(2004), Cat Minyak Diatas Kanvas, 90 x 90 cm sumber : Katalog Pameran Seni Rupa Mempertimbangkan Tradisi (Katalog, 2004)

Lukisan abstrak ini dikerjakan pada tahun 2004, karya ini dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia pada tahun 2004 karya Yasrul ini diberi judul Wajah Negeri, sesuai dengan namanya didalam lukisan ini terdapat sesosok wajah yang tidak sempurna dan hanya berupa satu mata dan satu hidung, warna yang digunakan Yasrul dalam lukisan ini cenderung dominan gelap dibagian wajah dengan goresan yang begitu impresif. Beberapa objek yang dibuat secara semu dan samar serta pencahayaan yang menambah kesan hidup pada lukisan Yasrul Sami. Penggunaan cat minyak didalam lukisan yang seharusnya memiliki kesan licin tetapi didalam lukisan ini Yasrul berhasil membuatnya terlihat bertekstur serta pencapaian warnanya ada yang gelap dan ada warna yang terang yang dibuat sedikit menyatu dengan objek lukisan, simbol-simbol, huruf dan elemen yang memperlihatkann ciri dari karya Yasrul Sami. 
Penggambaran wajah menjadi objek utama, sesuai dengan judulnya yaitu wajah negeri yang mana makna dari penggambaran ini adalah sebagai bentuk fenomena politik yang terjadi pada masa itu dan warna ungu kehitaman yang dominan.  Wajah merupakan pusat berekspresi pada manusia, warna dominan ungu kehitaman memiliki makna kekayaan dan keagungan, lukisan ini memiliki tema politik, dan didominasi tentang kepercayaan, kemenangan dan keberanian. 


19. 


Gambar 2. “Detak” (2010), Mixed Media diatas Kanvas, 145 x 165 cm, sumber : Skripsi Magister Yasrul Sami 
 
Karya Yasrul yang berjudul detak ini dibuat pada tahun 2010 sebagai karya akhir Yasrul dalam menyelesaikan pendidikan Magister nya di ISI Yogyakarta, karya ini memiliki beberapa objek abstrak diberbagai bagian lukisan, warna pink kemerahan adalah warna yang paling dominan. Objek dibuat meledak dibeberapa tempat, diberi warna yang gelap tapi tidak menghilangkan warna latarnya yang terang. Selain warna pink juga terdapat warna lain seperti merah, kuning, putih, ungu, hijau, orange dan biru. Penggunaan simbol huruf, angka dan garis yang spontan selalu digunakan sebagai ciri khas dari karya Yasrul Sami. Warna yang dibuat cerah menggambarkan perasaan emosional Yasrul yang bergejolak. Fenomena alam berupa segumpulan lumut menjadi sumber inspirasi Yasrul. Tak hanya menggunakan cat, Yasrul juga menggunakan beberapa media plastik untuk menimbulkan kesan tekstur didalam lukisannya, tetesan air menambah nilai estetik dan juga warna yang kontras membuat lukisan semakin menarik dan memiliki banyak makna.  
Warna yang dominan pink memberikan makna sesuatu yang indah, bahagia dan hal yang romantis, tergambar dari objeknya yang juga dibuat meledak, gumpalan objek yang memakai warna biru melambangkan ketegasan dan kebijaksaan sehingga luapan perasaan dan gejolak nya terasa ditambah dengan aksen kehidupan. 
 
Penggambaran objek dan warna karya merupakan sosok Yasrul yang harmonis dan penyanyang namun tegas dan bijaksana, ledakan objeknya mencerminkan kepribadian Yasrul yang terkadang emosional dan ruang lapang pada lukisannya juga mencerminkan kepribadiannya yang damai. 



20. 

Gambar 3. “Artefak Negeri” (2019), Mixed Media diatas Kanvas, 120 x 100cm, sumber : Katalog Japuik Tabao Jilid 3  (Katalog, 2018) 
 
Karya berikutnya dari Yasrul adalah Artefak Negeri dibuat pada tahun 2019 dan karya ini dipamerkan di pameran seni Japuik Tabao Jilid 3 di Jakarta, karya berukuran 120cm x 100cm ini memiliki warna yang dominan hitam keabuan, kembali lagi membahas politik tetapi kali ini berbeda, warna yang ditampilkan cukup suram dan gelap, lukisan ini seperti memiliki border berwarna pink gelap dan putih, karya ini sama dengan karya sebelumnya dimana objek dibuat meledak dibeberapa tempat lukisan. 
Objek kedua terdapat disudut kanan bawah, sebuah simbolik besar yang menyerupai segitiga sama sisi berwarna abu-abu silver seperti memiliki dua sisi, mempunyai tetesan air pada sisi kiri dan tetesan air panjang yang menetes dari atas lukisan sampai menembus pada objek segitiga sama sisi tersebut. Pengulangan objek segitiga terjadi disini, dibawahnya juga terdapat segitiga sama kaki yang berwarna hitam, putih dan sedikit keabuan, disebelahnya juga terdapat sebuah segitiga tetapi tidak sempurna, disambung dengan huruf berwarna pink muda. 
Warna hitam yang berarti sesuatu yang misterius dan kerahasian, media yang muncul seperti buku mengingatkan kita terhadap artefak negeri yang harus dijaga, pengulangan elemen geometris kembali terjadi, tetesan air, garis tipis dan penggunaan huruf dan angka yang menjadi ciri khas karya Yasrul Sami. 
 
Judul karya artefak negeri ini memiliki arti bahwa sebuah peninggalan dari negeri harus dijaga dan dilestarikan, lukisan ini adalah hasil dari pengamatan Yasrul tentang politik yang terjadi kala itu, dilihat dari huruf yang bertuliskan TV yang mana TV merupakan media informasi dan penggunaan media kertas sebagai bentuk benda penginggalan negeri




21. 
      
Lukisan jembatan splendid 

Didominasi oleh garis nyata berupa kontur, terdapat garis lurus, lengkung, dan garis gabungan 
Terdapat bidang non geometri berupa pepohonan dan manusia. Sedangkan bidang geometri terdapat pada dinding rumah dan pelantarBentuk gabungan bidang-bidang membentuk ruang dan adanya sudut pandang yang membentuk perspektif. 

Dalam menentukan konsep berkarya lukis dengan tema heritage, Moel Soenarko melewati beberapa tahapan dalam mencapainya. Hal tersebut dikenal dengan proses ide kreatif. Berdasarkan teori Graham Wallas, beberapa tahapan tersebut yaitu tahap persiapan, tahap pengeraman, tahap pencerahan, dan tahap pembuktian. Pada tahap persiapan, dimana beliau memikirkan dan mengeksplorasi sebuah ide untuk menghasilkan sebuah karya lukis dengan tema heritage. Munculnya sebuah ide memerlukan adanya stimulan yang berasal dari dalam diri Moel (faktor internal) dan dari luar diri (faktor eksternal). Faktor internal yang memengaruhi munculnya sebuah ide bagi Moel Soenarko yaitu kenangan. Kenangan tercipta berdasarkan pengalaman pribadi, interaksi sosial, dan masa sejarah, serta rasa empati yang tertanam dalam dirinya. Faktor internal didukung dengan adanya faktor eksternal seperti melakukan observasi dan wawancara, membaca artikel. Faktor-faktor internal yang tersimpan di dalam memori alam bawah sadar, bisa dikatakan telah memasuki tahap pengeraman atau inkubasi. Dibantu dengan stimulan yang berasal dari luar diri (faktor eksternal) seperti observasi, wawancara, dan membaca berita, berguna untuk membantu pengumpulan data lebih banyak dan semakin memperkuat misi Moel dalam berkarya. Hal selanjutnya melalui proses kontemplasi yang berfungsi untuk memilah informasiinformasi yang telah didapat. 



22.

Karya seni lukis berjudul “Ajur Ajer” (sumber : Post dalam Akun Instagram Rasyid Maulana Arifudin)


dalam  karya  seni  lukis  “Ajur  Ajer”  awalnya difokuskan pada objek sosok orangutan  dan  manusia.  Lalu  yang  kedua  mengenai penggunaan komposisi warna. Warna sepertibagian latar yang menggunakan  gradasi  coklat  tua  dan  muda  di beberapa bagian mengesankan keseimbangan  antara objek satu dengan   yang lainnya. Pada karya tersebut     seniman    bermaksud menyampaikan   sebuah pesan suasana zaman dulu dimana manusia dengan alam    sangat     bersahabat.     Kehangatan     hubungan    manusia    dengan    orang    utan    terlihat  layaknya  seperti  sedang  menghibur  sang     orangutan     atau     seperti     sedang     melakukan   hal  konyol   dengan   seorang   kawan.  Melalui  lukisan  tersebut  memberi  kita   isyarat   bahwa   hal  seperti   itu   yang   seharusnya     dilakukan     manusia   pada     orangutan.   Bukan   hanya   bisa  merusak   habitat mereka demi kepentingan manusia.

Teori yang digunakan adalah teori mimesis versi plato 
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kita simpulkan mulai dari isi deskripsi yang manamengandung pesan bahwa  maanusia   dana   alam   adalah   suatu   yang   saling   berhubungan.   Yang kedua pada analisis  diketahui  bahan  serta  media  yang  digunakan  hanya  berupa  kertas  marga  yang  mana  pada  umumnya  kertas  marga  jika  di  luar dunia seni bukanlah digunakan sebagai media melukis melainkan sekedar kotak nasi atau diubah bentuknya menjadi kotak untuk menyimpan benda  tertentu.   Hal   tersebut   cukup   menarik   perhatian   karena   dengan   begitu dapatkita     simpulkan  bahwa pembuatan sebuah karya tidak dapat dibatasi 




23.

Lukisan Rumah Panggung di Aliran Sungai Ciliwung 

Didominasi oleh garis nyata berupa outline, terdapat pula garis nyata sebagai bidang. Kemudian garis maya yang terbentuk akibat penumpukkan dua warna kontras. Penggambaran objek-objek material penyusun rumah seperti seng, triplek, tongkat kayu, dan papan kayu saling berkaitan dan berhubungan karena dapat membangun sebuah objek rumah panggung. Keseimbangan Asimetri atau informal 
mengunakan teori mimesis versi plato. 
Kesimpulan pada Faktor-faktor internal yang tersimpan di dalam memori alam bawah sadar, bisa dikatakan telah memasuki tahap pengeraman atau inkubasi. Ditambahkan oleh stimulan yang berasal dari luar atau faktor eksternal. Kedua hal tersebut kemudian melalui proses kontemplasi yang berfungsi untuk memilah infosmasi-informasi yang telah dicapai. Pada tahap pencerahan, Moel telah menentukan pilihan, subjectmatter dan tema-tema.Pilihannya dijatuhkan pada objek yang sederhana, kumuh, memiliki cerita dibaliknya, sampai pada kesejarahan. 




24. 

“Panahan”, Sugeng Tukio,
 90x70 cm, akrilik di atas kanvas, 
 tahun 1996 

Menjelaskan analisis formal karya seni lukis Soegeng Toekio pada tahun 2000-2015, maksudnya adalah menjelaskan tentang estetika visual dari karya seni lukis Soegeng Toekio pada periode tahun tersebut. Bila memperhatikan hasil karya Soegeng Toekio yang menjadi topik penelitian ini, memunculkan bentuk-bentuk figur yang menyerupai bentuk figur dalam wayang beber yang menceritakan tentang legenda, mitos, cerita rakyat atau budaya dan tradisi yang berkembang di masa lalu, serta pilihan komposisi dari pengorganisasian unsur rupa dalam karyanya, maka penelitian ini cen-derung memilih teori estetika dari De Witt H. Parker untuk menganalisis karya Soegeng Toekio pada tahun 2000-2015 tersebut. 
Teori estetika De witt H. Parker, menyebut ada 6 asas terkait aesthetics form, yaitu : The Principle Of Organic Unity (asas kesatuan or-ganik), The principle of theme (asas tema), The principle of thematic variation (asas variasi tema), The principle of balance (asas keseim-bangan), The principle of evolution (asas perkembangan), The principle of hierarchy (asas tata jenjang). Maka karya seni bisa dilihat es-tetisnya jika terkandung enam asas tersebut di dalam karyanya. 

kesimpulan nya karya tersebut menjelaskan tentang legenda dan mitos yang bersumber dari masyarakat ke masyarakat yang dimana daerah tersebut masih mempercayai adanya hal tersebut.



25. 

“Sang Matengga”,  akrilik di atas kain 52 X 61cm, 2000 
Foto: Dok. Soegeng Toekio (2000) 

Karya berjudul Sang Matengga ini  merupakan karya periode awal dalam usahanya untuk melepaskan dari pakem lukisan wayang beber sekaligus periode awal karya lukis-nya yang menggunakan akrilik di atas kain . Mengunakan teori mimesis versi plato karena apa yang ada didunia ini merupakan bentuk tiruan dari aslinya. Kesimpulan yang diambil adalah Setiap unsur yang tampak pada karya di atas hadir bersifat saling melengkapi dan memiliki fungsi masing-masing. Unsur-unsur tersebut disusun dan dimunculkan oleh Soegeng Toekio  untuk membangun artistika dan narasi yang menyeluruh



26.

“Pohon Hayat”,  akrilik di atas kain 200 X 80 cm, 2004 Foto: Dok. Soegeng Toekio (2004) 

karya berjudul Pohon Hayat ini  termasuk karya periode awal usaha Soegeng Toekio dalam usahanya untuk melepaskan karyanya dari pakem lukisan wayang beber sekaligus periode awal karya lukisnya yang menggunakan akrilik di atas kain. pada karya ini mengunakan teori surealisme Surealisme merupakan sebuah aliran dalam seni lukis yang menggunakan warna dan bentuk seperti di dalam mimpi. Pelukisnya mengembangkan daya khayalnya dan imajinasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan lewat bentuk-bentuk di dalam karyanya. Kesimpulan yang diambil karya tersebut Asas kesatuan organis pada karya ini dibangun dari perpaduan berbagai unsur bentuk figur yang ada pada lukisan tersebut yang menggambarkan pohon hayat. Secara fisik, kalau dilihat dari bentuk batang dan daunnya mirip dengan pohon pisang. Ide induk karya ini adalah pohon tersebut, hal ini terlihat dari posisi pohon yang terletak tepat di tengah-tengah bidang lukisan dengan ukuran yang paling besar. 




27.

“Ismaya Maitri”,  akrilik di atas kain 60 X 60 cm, 2002 Foto: Dok. Soegeng Toekio (2002)

teori atau pendekatan
Teori Surealisme merupakan sebuah aliran dalam seni lukis yang menggunakan warna dan bentuk seperti di dalam mimpi. Pelukisnya mengembangkan daya khayalnya dan imajinasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan lewat bentuk-bentuk di dalam karyanya. Kesimpulan yang diambil karya tersebut Asas kesatuan organis pada karya ini dibangun dari perpaduan berbagai unsur bentuk figur yang ada pada lukisan tersebut yang menggambarkan pohon hayat. Secara fisik, kalau dilihat dari bentuk batang dan daunnya mirip dengan pohon pisang. Ide induk karya ini adalah pohon tersebut, hal ini terlihat dari posisi pohon yang terletak tepat di tengah-tengah bidang lukisan dengan ukuran yang paling besar. Kesimpulan Asas keseimbangan dalam karya ini menggunakan pembagian bidang yang simetris. Induk tema berupa Semar yang berbentuk wajah diletakkan dipojok kiri bawah se-dangkan figur Semar utuh berjajar di antara awan diletakkan pada bidang lukisan sebelah kanan agak ke atas. Pada sisi kanan bawah untuk mengisi kekosongan Soegeng Toekio meletakkan tanaman sulur-suluran yang hampir menjangkau tepi sisi kanan bidang lukisan. Hal ini diseimbangkan dengan bentuk gulungan awan yang diletakkan pada sisi kiri atas lukisan.




28. 

“Perang Tanding ”, akrilik di atas kertas 60 X 60 cm, 2 panel, 2000 Foto: Dok. Soegeng Toekio (2000) 

Karya bertajuk “Perang Tanding” ini adalah periode awal Soegeng Toekio membuat figurfigur manusia dengan gaya visual wayang beber. Induk tema pada lukisan ini adalah peperangan antara tentara VOC Belanda dengan prajurit mataram. Karya yang terdiri dua panel ini, meletakkan prajurit Ma-taram pada satu panel dan tentara VOC Belanda pada panel yang lain. Teori yang digunakan adalah teori mimesis versi plato Plato berpendapat bahwa semua manusia yang ada di dunia nyata ini merupakan tiruan dari dunia gagasan. Adapun dunia tersebut berisikan gagasan mengenai manusia.
kesimpulan Secara keseluruhan, dalam karya ini, Soegeng Toekio seakan ingin menceritakan tentang peperangan antara kebaikan dan keburukan, antara yang baik dan yang jahat. Dalam karya ini ada satu kejanggalan, yaitu pada penggam-baran prajurit Mataram yang sedang jongkok dengan membawa perisai dan tombak. Perisai dibawa oleh tangan kanan dan tombak dibawa dengan tangan kiri. Seolah-olah,  para prajurit yang sedang jongkok itu  semuanya kidal. Ini bukan sesuatu  yang lumrah dalam budaya jawa. 


29. 

“Palagan”, 70x90 cm,  akrilik di atas kanvas, 2012 Foto: Repro dari katalog (didiek, 2015) 

Karya seni lukis yang berjudul Palagan ini menceritakan tentang sebuah peperangan. Ide induknya adalah peristiwa penyerbuan tentara Mataram terhadap benteng VOC di Batavia. 
teori atau pendekatan mengunakan teori mimesis.
Kesimpulan Karya-karya Soegeng Toekio bertemakan tentang legenda, mitos, wayang, sejarah dan cerita rakyat yang berkembang  dalam masya-rakat jawa. Kesatuan organis karya Soegeng Toekio disusun berdasarkan warna yang hampir senada, dan bentuk figur yang ditampilkan meng-gunakan teknik sungging wayang beber. Ide induk karya Soegeng Toekio ada pada tema yang diangkat dalam karya tersebut, yang kemudian dikembangkan dengan kemunculan figur-figur yang membangun sebuah suasana yang terangkai dalam sebuah peristiwa. 



30.


“Ruwatan ”,  akrilik di atas kertas 120 X 60 cm, 2008 

Karya bertajuk “Ruwatan” ini diciptakan oleh Soegeng Toekio pada tahun 2008. Menceritakan tentang prosesi ruwatan. Teori atau pendekatan 
Surealisme merupakan sebuah aliran dalam seni lukis yang menggunakan warna dan bentuk seperti di dalam mimpi. Pelukisnya mengembangkan daya khayalnya dan imajinasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan lewat bentuk-bentuk di dalam karyanya. Kesimpulan Ide induk dari karya ini adalah ruwatan. Ide induk ini kemudian dikuatkan dengan kehadiran berbagai macam bentuk visual dan suasana yang mereferensikan peristiwa ruwatan, seperti keberadan tiga nasi tumpeng, membakar kemenyan yang dikuatkan dengan tepas (alat untuk mengipasi bara agar tetap menyala) yang tergeletak di dekatnya. 








Comments

Popular posts from this blog

Tugas Filsafat seni pertemuan 9

Filsafat Seni (3) Muhammad Emre A